05 Nov 2008 -
Tertawa seorang tetua kepada pemulang dengan mempertanyakan kehadiran "kesetiaan", tetua bilang kesetiaan selalu jalan bareng dengan kecurigaan mendekati , pada akhirnya kesedihan atau kebahagian datang seperti teman bermain. silih berganti mengikuti waktu, ruang tak beratur jauh, terkadang lupa terhanyut dalam benturan yang indah. pemulang mengerti kenapa tetua berkata begitu, ketika pemulang menceritakan yang pernah dilewatinya, masa sulit mempertanyakan kejujuran hati dan perasaan karena kesetian tak dapat dilihat.
pemulang merenung dan memikirkan jawaban dari ungkapan tetua, pemulang mulai meragukan adanya kesetiaan yang dimilikinya, lalu kemudian pemulang memutuskan menjalani setiap langkah ucapan mengiringi dengan perlahan mengalir banyaknya cela yang kosong ketika tak terisikan oleh sebuah makna yang menyentuh hanyalah bayangan kalbu kelam saat matahari menyinari indahnya pagi tenggelam diupuk barat seperti "lotre" tak semua orang merasakan sejatinya akan datang.
saat ketika pemulang menjalani hubungan dalam ruang yang berbeda, pemulang sadar banyak hal yang dilewatinya, hitungan waktu mempertanyakan hati dan perasaan, buaian yang menguap ketika sadar dengan semua ini, tapi semua orang memungkiri kalaupun terjadi demikian, mungkin sebagian yang dilewati telah didapatnya.
kegagalan datang lagi, saat emosi dan logika pemulang mulai dipertanyakan. . . .
pemulang merenung dan memikirkan jawaban dari ungkapan tetua, pemulang mulai meragukan adanya kesetiaan yang dimilikinya, lalu kemudian pemulang memutuskan menjalani setiap langkah ucapan mengiringi dengan perlahan mengalir banyaknya cela yang kosong ketika tak terisikan oleh sebuah makna yang menyentuh hanyalah bayangan kalbu kelam saat matahari menyinari indahnya pagi tenggelam diupuk barat seperti "lotre" tak semua orang merasakan sejatinya akan datang.
saat ketika pemulang menjalani hubungan dalam ruang yang berbeda, pemulang sadar banyak hal yang dilewatinya, hitungan waktu mempertanyakan hati dan perasaan, buaian yang menguap ketika sadar dengan semua ini, tapi semua orang memungkiri kalaupun terjadi demikian, mungkin sebagian yang dilewati telah didapatnya.
kegagalan datang lagi, saat emosi dan logika pemulang mulai dipertanyakan. . . .